Diet Pasca Bedah

Pada banyak kasus, pelaksaan diet pasca bedah tidak menimbulkan permasalahan. Selera makan pasien akan tumbuh secara berangsur-angsur dan yang diperlukan hanyalah perhatian agar diet yang diberikan itu seimbang. Dalam periode pasca bedah, tujuan kita adalah memberikan diet yang bervariasi dengan jumlah protein dan kalori yang mencukupi, begitu pasien mempunyai selera makan. Penerapan diet tinggi kalori tinggi protein ini memungkinkan terjadinya penambahan berat badan pada pasien pasca bedah yang sebelumnya mengalami kekurangan gizi atau penurunan berat badan.

Setelah pembedahan pada sistem pencernaan, kita harus menunggu sampai gerakan usus timbul kembali secara berangsur-angsur. Dalam keadaan menunggu ini, kebutuhan dasar pasien dipenuhi lewat pemberian nutrien per infus atau kadang-kadang langsung ke dalam jejunum kalau pemberial per oral tidak memungkinkan.

Mula-mula hanya sedikit air yang diperbolehkan untuk membasahi mulut sesuai dengan petunjuk dokter bedahnya; barangkali dapat diberikan 30 ml air per jam pada pasien yang dalam keadaan sadar. Jumlah ini secara bertahap dinaikkan bila pasien dapat menerimanya. Setelah pasien dapat minum dengan bebas, diet cair yang mudah dicerna atau diet lunak yang tidakn menimbulkan banyak sisa (diet rendah sisa) dapat mulai diberikan.

Sesudah itu secara bertatahap kepada pasien diberikan diet normal. Lamanya waktu sebelum kembali kepada diet normal tergantung jenis pembedahannya. Misalnya, operasi traktus gastrointertilis akan membutuhkan waktu 24 hingga 48 jam sebelum bising usus terdengar kembali yang menunjukkan pulihnya gerakan usus yang normal. Sebelum gerakan usus mulai normal kembali, hanya sedikit makanan yang dapat diserap dari usus. Cairan yang diberikan cenderung tertimbun sehingga menimbulkan distensi dan nausea.

Keadaan inilah yang menjelaskan mengapa pasien dengan selang lambung harus diaspirasi secara teratur sampai aktivitas usus yang normal pulih kembali. Setelah bising usus terdengar dan jumlah cairan yang diaspirasi lewat selang lambung berkurang, pemberian makanan per oral dapat dimulai dengan tahap-tahap sebagaimana disebutkan. Hingga saat ini secara intravena diberikan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang memadai (2 – 3 liter) per hari.

Apabila pasien hanya menjalani pembedahan ringan tanpa mengenai traktus gastrointestinalis, mungkin dia dapat makan sesuai dengan keinginannya; namun, pengaruh pembiusan umum yang diperolehnya harus turut dipertimbangkan. Pada mulanya selera makan pasien masih sedikit. pembiusan umum dan mungkin pula rasa nyeri post-operasi sering membuat pasien merasa letih dan menimbulkan rasa mual. Diet ringan yang cair dan sedikit-sedikit merupakan diet terbaik yang dapat diberikan dalam periode sesaat setelah pembedahan, betapa pun rasa lapar yang diderita pasien.