Inilah Hubungan makanan dan karies gigi (pengeroposan gigi)

Aristoteles adalah orang pertama yang mengaitkan hidratarang dengan pengeroposan gigi. Dia mengamati bahwa gula yang terkandung dalam buah ara dapat menyebabkan kerusakan gigi. Suatu die yang normal akan mengandung jenis makanan yang menjadi sumber hidratarang, tetapi tidak semua jenis makanan tersebut bersifat karsiogenik.

Kariogenisitas pada suatu makanan tergantung pada:

  1. bentuk fisik makanan tersebut.
  2. tipe hidratarang yang terdapat di dalamnya.
  3. Kekerapan memakan makanan tersebut

Bentuk Fisik

Makanan yang lengket akan melekat pada permukaan gigi dan terselip di dalam celah-celah gigi sehingga merupakan makanan yang paling merugikan kesehatan gigi. Kerugian ini terjadi akibat proses metabolisme oleh bakteri yang berlangsung lebih lama sehingga menurunkan pH untuk waktu yang lama; keadaan seperti ini memberikan kesempatan yang lebih lama untuk terjadinya proses demineralisasi gigi.

Sedangkan makanan yang kasar dan berserat menyebabkan kita mengunyah makanan tersebut lebih lama. Gerakan mengunyah sangat menguntungkan bagi kesehatan gigi dan gusi. Mengunyah akan merangsang pengaliran air liur yang membasuh gigi dan mengencerkan serta menetralisir zat-zat asam yang ada.

Makanan berserat menimbulkan efek seperti sikat dan tidak akan melekat pada gigi.

Jenis Hidratarang

Hidratarang yang kompleks (pati) mempunyai molekul yang besar. Molekul yang besar tidak dapat berdifusi ke dalam dental plaque sehingga di dalam lapisan tersebut tidak dimetabolisir oleh bakteri. Sebaliknya, molekul hidratarang yang lebih kecil, seperti sukrosa, glukosa dan fruktosa dapat berdifusi secara bebas.

Sukrosa dalam makanan jelas merupakan penyebab utama karies dentis. Jenis hidratarang ini paling sering dimakan dan dimetabolisir dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Makanan manis dan penambahan gula ke dalam minuman, seperti air teh atau kopi, bukan merupakan satu-satunya sukrosa dalam diet seseorang

Sukrosa terdapat dalam banyak makanan hasil industri. Hasil pengamatan epidemiologi membuktikan adanya hubungan antara angka konsumsi gula yang tinggi dan insidensi karies yang meningkat pada banyak negara.

Sifat keasaman yang ada pada sebagian buah dapat menimbulkan demineralisasi kalau airnya diisap dan mengakibatkan kerusakan pada gigi seri. Keadaan ini menjadi permasalahan khusus di antara masyarakat kita dimana terdapat kebiasaan mengisap air jeruk atau air anggur dan membuang sepahnya.

Kekerapan konsumsi

Setelah makan makanan yang mengandung sukrosa, pH mulut turun dalam waktu 2,5 menit dan tetap rendah sampai selama 1 jam. Ini berarti kalau gula pasir dikonsumsi tiga kali sehari, pH mulut selama sekitar 3 jam akan berada di bawah 5.5.

Proses demineralisasi yang terjadi selama periode waktu ini sudah cukup untuk mengikis lapisan enamel. Jika kita jarang mengkonsumsi gula pasir dan jumlahnya pun tidak begitu banyak, proses demineralisasi yang terjadi hanya ringan dan begitu pH mulut kembali normal, proses remineralisasi akan timbul.

[table “23” not found /]