3 Penyebab Sindrome Mal Absorpsi dan Diet Untuk Mengatasinya

Mal absorpsi nutrien dapat terjadi akibat berbagai macam penyakit dan gangguan pada traktus gastrointestinalis. Umumnya, jika gangguan tersebut mengurangi sekresi enzim atau merusak tempat penyerapan nutrien dalam usus, sebagai akibatnya timbul mal-absorpsi. Gejala mal-absorpsi mencakup diare, steatore, distensi abdomen dan gejala sekunder defisiensi nutrien seperti penurunan berat badan, anemia serta osteomalasia.

Seteatore (steatorrhoea) berarti ekskresi lemak yang berlebihan ke dalam faeses. Biasanya faeses akan mengandung 5 – 6 gram lemak/hari kalau konsumsi lemak dari makanan sebesar 70 – 100 gram/hari. Jika terdapat mal-absorpsi lemak, faeses dapat mengandung lemak sampai 50 – 60 gram/hari.

Penyebab mal-absorpsi dapat dibagi menjadi beberapa kelompok:

  1. Ganguan faal lambung setelah pembedahan lambung dan kadang-kadang pada gastritis atrofik. Diare akibat peningkatan peristaltik usus dan kolonisasi bakteri dalam usus halus dapat menyebabkan mal-absorpsi.
  2. Gangguan pencernaan dalam intestinum. Pada pankreatitis dan fibrosis kistik, sekresi pankreas yang mengandung enzim lipase akan berkurang sehingga terjadi mal-absorpsi lemak. Pada penyakit biliaris, pengurangan produksi garam-garam empedu akan mencegah proses emulsifikasi lemak dan menimbulkan mal-absorpsi.
  3. Gangguan pencernaan dan penyerapan pada usus halus.

Tahap akhir pencernaan protein dan hidratarang berlangsung pada permukaan sel-sel yang melapisi usus halus. Jika di sana tdak terdapat enzim dalam jumlah yang memadai, proses pencernaan tidak akan lengkap dan penyerapan akan terganggu. Jika lapisan usus halusnya abnormal, seperti pada enteropati akibat kepekaan terhadap gluten (penyakit coeliac), atau berkurang seperti pada short bowel syndromes, mungkin daerah yang tersedia bagi kelangsungan penyerapan yang lengkap tidak mencukupi.

Keadaan ini bisa bawaan atau didapat setelah usus atau intestinum mengalami kerusakan. Permukaan penyerapan yang berkurang dapat pula disebabkan oleh operasi reseksi usus atau oleh kerusakan mukosa usus, yang dapat terjadi akibat berbagai hal termasuk obat-obatan.

Enteropati akibat kepekaan terhadap gluten (gluten sensitive enteropathy) ditemukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa.

Prinsip terapi diet untuk mal-absorpsi meliputi upaya menghindari makanan dengan nutrien yang mengalami atau menyebabkan mal-absorpsi dan menggantikan nutrien tersebut dengan pilihan makanan lain yang sesuai. Misalnya:

  1. Menghindari gluten pada penyakit coeliac.
  2. Menghindari jenis gula tertentu pada defisiensi disakaridase.
  3. Mengurangi konsumsi lemak pada insufisiensi pankreas.
  4. Apabila perlu, memperbaiki status gizi secara menyeluruh dengan diet tinggi kalori tinggi protein yang sesuai dan pemberian suplemen vitamin mineral yang diperlukan.